A. PERKEMBANGAN HINDU DAN BUDHA DI ASIA
Awal pertumbuhan Hindu-Buddha berlangsung di
Jazirah India. Antara Pegunungan Himalaya dan Hindu Kush (Pegunungan
Afghanistan) terdapat Celah Kaibar (Khyber Pass). Celah tersebut adalah tempat
yang dilalui oleh masyarakat India untuk berdagang dengan daerah-daerah lain di
Asia. Melalui celah itu pula, berbagai bangsa asing memasuki wilayah India.
Perkembangan Hindu Sebelum Hindu muncul, di Lembah Sungai Indus telah
berkembang peradaban yang mengagumkan. Hal ini ditandai oleh pendirian
kota-kota yang teratur, seperti Harappa dan Mohenjo-Daro. Penduduk Lembah Indus
berasal dari bangsa Dravida. Mereka telah mengenal tata kota, sistem tulisan
gambar(pictogram), dan kepercayaan.
1. Invasi Bangsa Arya
Kelahiran Hindu berawal dari kedatangan bangsa Arya ke
Jazirah India, bangsa pengembara (nomadik) yang berasal dari Asia Tengah ini
datang secara bergelombang. Bangsa Arya mengambil alih kekuasaan politik,
sosial, dan ekonomi dari penduduk bangsa Dravida. Dalam kebudayaan terjadi
percampuran antara Arya dan Dravida yang menghasilkan Kebudayaan Weda (Vedic
Civilization). Kebudayaan inilah yang menjadi perintis kebudayaan dan agama
Hindu. Kebudayaan dan agama Hindu tumbuh di lembah sepanjang Sungai Gangga, Yamuna,
dan Brahmaputera. Penyebaran bangsa Arya ke India dapat dibedakan menjadi dua
periode, Masa Weda Awal dan Masa Weda Akhir.
2.
Kehidupan Masyarakat
Untuk mempertahankan kekuasaannya, bangsa Arya
berupaya menjaga kemurnian ras. Mereka melarang perkawinan campur dengan bangsa
Dravida. Untuk itu bangsa Arya menerapkan sistem kasta dalam masyarakat.
Masyarakat terbagi menjadi lima kasta, yakni: Brahmana (rohaniwan dan ilmuwan),
Ksatriya (pemerintah, pejabat, dan prajurit), dan Waisya (petani dan pedagang),
Sudra (tukang, pengrajin, dan pelayan), Pariya (atau Panchama, yang berarti
“kaum terbuang”).
3. Kehidupan Keagamaan
Kehidupan
Keagamaan Hindu berpedoman kepada Kitab Weda (Veda, yang berarti
“pengetahuan”). Kitab itu memuat ajaran dan petunjuk kehidupan dalam bentuk
himne ataupun syair yang hanya dibaca oleh para Brahmana. Pada mulanya,
kepercayaan bercorak polytheisme (memuja banyak dewa), namun telah mengakui
tiga dewa sebagai dewa tertinggi. Tiga dewa tersebut disebut Trimurti, yaitu:
Brahma (dewa pencipta), Vishnu atau Wisnu (dewa pemelihara), dan Shiva atau
Syiwa (dewa perusak). Di samping Trimurti, dewa-dewi lainnya antara lain
Saraswati (dewi pengetahuan dan seni), Lakshmi (dewi keberuntungan), dan
Ganesha (dewa pengetahuan dan penolong). Kepercayaan keagamaan masyarakat Hindu
juga ditandai oleh ibadah, ziarah, dan perayaan suci.
B. PERKEMBANGAN BUDDHA
1. Kelahiran Buddha
Saat berusia 29 tahun, Siddharta berkeliling ke
desa-desa di sekitar istana, saat itu ia melihat tanda-tanda penderitaan: usia
tua, penyakit, dan kematian. Pengalaman itu membuatnya memutuskan untuk mencari
jawaban apa sebenarnya hidup ini. Selama enam tahun, ia belajar cara hidup
sebagai rahib, bertapa, berpuasa, dan hidup prihatin. Ia berguru pada sejumlah
rahib ternama, antara lain Alara Kalama dan Uddaka Ramaputta. Suatu hari saat
sedang berapa di tepi Desa Gaya, dekat Bihar, di kawasan Lembah Sungai Gangga,
Siddharta Gautama memperoleh penerangan: menjadi paham tentang makna kehidupan.
Peristiwa ini menandai Siddharta Gautama menjadi Buddha. Tempat Buddha
memperoleh penerangan itu dinamakan Bodh Gaya, dan pohon tempat ia bertapa
dinamakan pohon bodhi.
2. Kehidupan Masyarakat
Masyarakat Buddhis terbentuk setelah Sang Buddha
mengajarkan pengalaman penerangannya kepada sejumlah orang. Khotbah pertamanya
terjadi di taman rusa Isipathana, di Sarnath, Benares. Di tempat itu ia
memperoleh empat muridnya yang pertama. Ada pengikut yang mengikuti cara hidup
Buddha sebagai rahib. Mereka disebut bikkhu (rahib pria) dan bikkhuni (rahib
wanita). Mereka hidup dalam komunitas bernama sangha. Masyarakat Buddhis tidak
mengenal sistem kasta. Baik rahib maupun umat sama-sama disebut putera dan
puteri Buddha. Keduanya saling mendukung dalam mengamalkan ajaran Buddha yang
disebut Dharma.
3. Kehidupan Keagamaan
Kehidupan Keagamaan Buddha berpedoman kepada Kitab
Tripitaka, yang berarti “tiga keranjang” karena ditulis pada daun lontar yang
disimpan dalam keranjang. Keranjang ini bisa diartikan kumpulan, jadi Tripitaka
juga bisa diartikan “Tiga Kumpulan”, yang terdiri dari:
Vinaya Pitaka atau Kumpulan ajaran yang diperuntukkan
bagi upasaka-upasika atau umat vihara.
Sutta/Sutra Pitaka atau Kumpulan Ceramah/Dialog.
Abhidhamma/Abhidharma Pitaka atau Kumpulan Doktrin
Yang Lebih Tinggi, hasil susunan sistematis dan analisis skolastik dari
bahan-bahan yang ditemukan dalam Sutta/Sutra Pitaka.
Kitab itu ditulis dalam bahasa Pali. Ajaran Buddha
terangkum dalam Empat Kebenaran Utama dan Delapan Jalan Kebenaran. Kehidupan
keagamaan masyarakat Buddhis juga ditandai oleh ibadah, ziarah, dan perayaan
suci. Masa Kejayaan Hindu dan Buddha di India Kejayaan Hindu-Buddha mulai
muncul semasa Dinasti Maurya berkuasa di India. Seorang panglima perang bernama
Chandragupta Maurya merebut tahta Magadha pada tahun 322 SM. Peristiwa ini
mengawali berkuasanya Dinasti Maurya. Buddha menjadi agama kerajaan saat Raja
Ashoka berkuasa. Semenjak Ashoka wafat, Dinasti Maurya mengalami kemunduran.
Selama 500 tahun India bergantian dikuasai bangsa Yunani, Kushan, dan Shaka.
India kembali bangkit awal abad ke-4 M, saat Chandra Gupta I mendirikan
kerajaan sekaligus Dinasti Gupta. Kerajaan Gupta mencapai puncak kejayaan
semasa pemerintahan Chandra Gupta II. Sanskerta berkembang sebagai bahasa
sastra, perkembangan terjadi pula pada matematika, sains, dan astronomi. Zaman
kejayaan Gupta sekaligus merupakan masa keemasan Hinduisme.
A. Perkembangan buddha di asia timur
Sejak
abad ke-1 M, ajaran Buddha mulai dikenal di Cina. Dari Cina, ajaran Buddha
mulai dikenal di Korea dan Jepang sekitar abad ke-6 M. Selama hampir 1000
tahun, Buddha menjadi agama besar di kedua wilayah tersebut. Perkembangan
Buddha di Cina Sebelum mengenal ajaran Buddha atau Buddhisme, masyarakat Cina
telah lebih dahulu mengenal Confucianisme dan Taoisme. Confucianisme
diperkenalkan oleh Kung Fu-tzu, sementara Taoisme diperkenalkan Lao Tzu.
Awal
Perkembangan Buddhisme pertama kali diperkenalkan di Cina oleh dua orang rahib
India, sekitar tahun 65 M. Mereka diundang oleh Kaisar Ming, dari Dinasti Han
untuk mendirikan biara di Cina. Saat pengaruh Dinasti Han merosot, Buddhisme
mulai menyebar ke berbagai wilayah Cina. Masyarakat wilayah utara tidak akrab
dengan tradisi Confucianisme dan Taoisme sehingga membuka diri terhadap
pengaruh Buddhisme. Sementara masyarakat wilayah selatan beranggapan nilai-nilai
Buddhisme akan memperkaya tradisi asli Cina.
Masa
Kejayaan dan Kemunduran Perkembangan Buddhisme di Cina bagian utara dan selatan
membentuk dua tradisi yang berbeda. Semasa pemerintahan Dinasti Sui (abad
ke-6-7M), keduanya dipersatukan. Masa kejayaan Buddhisme berlangsung selama
masa pemerintahan Dinasti Tang (abad ke-7 – 10 M). Masa itu ditandai oleh
munculnya berbagai aliran Buddhisme khas Cina. Para pelopor aliran Buddhisme di
Cina antara lain Zhiyi (Chih-i), Jizang (Chi-tsang), Shandao (Shan-tao), dan
Huineng (Hui-ning). Zhiyi mendirikan sekolah Tiantai, sedangkan Jizang
mendirikan sekolah Sanlun. Kemunduran Buddhisme di Cina mulai tampak di akhir
pemerintahan Dinasti Tang. Pemerintah menganggap status otonomi Sangha itu
menggerogoti ekonomi kekaisaran. Banyak biara dihancurkan. Ribuan bhiksu dan
bhiksuni dikejar-kejar dan dibunuh. Lahan biara diambil oleh pemerintah.
Kekacauan ini berlangsung hampir seabad lamanya.
B. Perkembangan buddha di jepang
Ajaran
Buddha masuk ke Jepang pada abad ke-6 M. Seabad kemudian, Buddhisme mulai
diakui keberadaannya sejak masa pemerintahan Pangeran Shotoku Taishi. Pada
mulanya, terjadi persaingan antara Buddhisme dan kepercayaan Shinto. Semasa
Dinasti Nara berkuasa, Buddha dinyatakan sebagai agama negara. Ibukota juga
sebagai pusat agama. Di tempat itu didirikan patung Sang Buddha (Daibutsu)
setinggi 16 meter yang diresmikan oleh Shomo Tenno pada tahun 752. Aliran
Buddhisme Cina yang berkembang di Jepang adalah Tiantai (dalam bahasa Jepang
menjadi Tendai). Rahib Jepang yang mempelopori aliran ini adalah Saicho dah
Kukai. Sejumlah rahib berhasil memadukan tradisi Buddhisme Cina dengan tradisi
dan nilai-nilai Jepang. Hal ini terlihat dengan berkembangnya Buddhisme Zen
yang merupakan perkembangan lanjut Buddhisme Chan dari Cina.
C. PERSEBARAN HINDU-BUDDHA DI ASIA TENGGARA
Peranan Perdagangan
Persebaran
Hindu-Buddha di Asia Tenggara erat kaitannya dengan kegiatan perdagangan antara
India dan Cina ratusan tahun sebelum Masehi. Hubungan dagang antara India dan
Asia Tenggara berlangsung ramai sejak akhir Zaman Perunggu. Bukti paling tua
ditemukan di Ban Don Ta Phet, Thailand, berupa perkakas dan berbagai benda yang
terbuat dari besi, perunggu, dan batu hias. Hubungan dagang itu semakin ramai
setelah diketahui Asia Tenggara banyak menghasilkan barang-barang dagangan
(komoditas) yang berharga, seperti emas, perak, gading, beras, dan
rempah-rempah. Hubungan itu membuka jalan bagi persebaran Hindu-Buddha ke
berbagai wilayah di kawasan Asia Tenggara.
D. PENGARUH HINDU-BUDDHA DALAM KEHIDUPAN
1. Kehidupan Politik
Pengaruh Hindu-Buddha ditandai oleh bermunculannya
kerajaan dengan corak Hindu atau Buddha. Dalam Hindu-Buddha lah dijumpai
gagasan mengenai kerajaan. Kedudukan raja amat sakral (suci). Raja bukan
dipilih melainkan sudah ditentukan oleh dewa. Bahkan, raja dapat ditempatkan
sebagai anak atau penjelmaan dewa. Kedudukan raja dalam Hinduisme diungkapkan
dengan istilah devaraja, yang berarti “dewa yang menjadi raja”. Kedudukan raja
dalam Buddhisme diungkapkan dengan istilah cakravartin, yang berarti “penguasa
alam semesta”.
2. Kerajaan Bercorak
Hindu-Buddha di Asia Tenggara
Beberapa contoh kerajaan bercorak Hindu-Buddha di Asia
Tenggara adalah sebagai berikut: Funan (Kampuchea), periode 100-613M. Champa
(Vietnam), periode 600-900M. Dvaravati (Thailand), periode 600-1000M. Pagan
(Myanmar), periode 1000-1200M.
3. Kehidupan Beragama
Pengaruh Hindu-Buddha ditandai oleh peranan Hindu atau
Buddha sebagai agama utama di berbagai wilayah Asia Tenggara. Dikenalnya
Hindu-Buddha membuat kepercayaan beralih kepada dewa-dewi sebagai penguasa
alam. Pengaruh agama Buddha lebih kuat di wilayah Benua Asia Daratan, sedangkan
pengaruh agama Hindu lebih kuat di Kepulauan Indonesia. Pengaruh Hindu-Buddha
dalam kehidupan beragama menempatkan kedudukan para brahmana ataupun rahib
sebagai kalangan terpandang dalam masyarakat. Kedudukan itu ditentukan
kemampuan mereka di bidang agama dan ilmu pengetahuan.
4. Kehidupan Sosial
Pemberlakuan sistem kasta mengakibatkan hak dan
kewajiban seseorang amat jelas, tergantung dari kastanya. Sistem kasta
menguntungkan posisi kalangan elit (brahmana dan ksatriya), sebaliknya
merugikan posisi kalangan bawah.