Home » Archive for Oktober 2021
yuuuk belajar conversation - English lesson
Related Posts:
Persiapan akreditasi (2017)
PERSIAPAN AKREDITASI DAN DOKUMENTASI
Setiap tahun, Ratusan sekolah/madrasah (S/M) mulai dari jenjang SD/MI, SMP/Mts, sampai pada jenjang SMA /MA, serta SMK berjuang mempersiapkan penilaian akreditasi.
Akreditasi merupakan bagian dari Sistem
Penjaminan Mutu Eksternal Pendidikan Dasar dan Menengah seperti yang tercantum
dalam Permendikbud Nomor 28 Tahun 2016 tentang Sistem Penjaminan Mutu
Pendidikan Dasar Dan Menengah.
Kategori penilaian pemerintah, sekolah
dinyatakan layak dan bermutu apabila memenuhi atau melampaui Standar Nasional
Pendidikan (SNP) yang meliputi Standar Isi, Standar Proses, Standar
Kompetensi Lulusan, Standar Pengelolaan, Standar Pendidik dan Kependidikan,
Standar Sarana Prasarana, Standar Pembiayaan, dan Standar Penilaian. Untuk
mempersiapkan visitasi akreditasi Sekolah / Madrasah perlu memahami tentang
prosedur akreditasi, pemeringkatan hasil akreditasi, sekaligus menentukan
langkah strategis untuk mencapai sukses akreditasi.
DOKUMENTASI
Related Posts:
Teks Anekdot - Cara Keledai Membaca Buku (Analisis cerita)
Cara Keledai Membaca Buku
Alkisah, Timur Lenk menghadiahi Nasrudin
seekor keledai. Nasrudin menerimanya dengan senang hati.
Tetapi Timur Lenk memberi syarat, Ajari terlebih dahulu keledai itu membaca.
Dua minggu setelah sekarang, datanglah kembali kemari, dan kita lihat apa yang
akan terjadi.
Nasrudin berlalu, sambil menuntun keledai itu ia memikirkan apa yang akan
diperbuat. Jika dapat mengajari keledai itu membaca, tentu ia akan menerima
hadiah, namun jika tidak, hukuman pasti akan ditimpakan kepadanya.
Dua minggu kemudian ia kembali ke istana. Tanpa banyak bicara, Timur Lenk
menunjuk ke sebuah buku besar agar Nasrudin segera mempraktekkan apa yang telah
ia lakukan. Nasrudin lalu menggiring keledainya menghadap ke arah buku
tersebut, dan membuka sampulnya.
Si keledai menatap buku itu. Dan ajaib!! Tak lama kemudian Si Keledai mulai
membuka-buka buku itu dengan lidahnya. Terus menerus, lembar demi lembar hingga
halaman terakhir. Setelah itu, si keledai menatap Nasrudin seolah berkata ia
telah membaca seluruh isi bukunya.
Demikianlah, kata Nasrudin, Keledaiku sudah membaca semua lembar bukunya. Timur
Lenk merasa ada yang tidak beres dan mulai menginterogasi, Bagaimana caramu
mengajari dia membaca ...?
Nasrudin berkisah, Sesampainya di rumah, aku siapkan lembaran-lembaran besar
mirip buku, dan aku sisipkan biji-biji gandum di dalamnya. Keledai itu harus
belajar membalik-balik halaman untuk bisa makan biji-biji itu, kalu tidak
ditemukan biji gandumnya ia harus membalik halaman berikutnya. Dan itu ia
lakukan terus sampai ia terlatih membalik - balik halaman buku itu.
KLIK 👇👇👇
ANALISIS TEKS ANEKDOT - CARA KELEDAI MEMBACA BUKU
Related Posts:
IMAN KEPADA KITAB ALLAH
Iman Kepada Kitab-kitab Allah
(Aqidah Kelas XI)
(Aqidah Kelas XI)
A. Pengertian Iman Kepada Kitab-kitab Allah
1. Pengertian Kitab
Secara bahasa kitab merupakan bentuk masdar (gerund). Berasal dari bahasa Arab kataba-yaktubu-katban-kitaaban yang artinya tulisan. Dalam bahasa Indonesia kitab berarti buku. Jadi secara bahsa Kitab artinya tulisan atau buku.
Secara istilah yang dimaksud dengan Kitab Allah adalah kitab suci yang diturunkan oleh Allah kepada para Nabi dan Rasul-Nya.
a. Menunjukkan semua kitab suci yang diturunkan kepada para Nabi dan Rasul. Contohnya dalam QS. Al-Baqarah ayat 177
Artinya:
"Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa".
لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَٰكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ وَآتَى الْمَالَ عَلَىٰ حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَالسَّائِلِينَ وَفِي الرِّقَابِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُوا ۖ وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ وَحِينَ الْبَأْسِ ۗ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ
"Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa".
2. Pengertian Iman Kepada Kitab-kitab Allah
Iman artinya percaya, yakin. Iman kepada kitab-kitab Allah berarti mempercayai, meyakini bahwa Allah telah menurunkan kitab-kitab kepada para Rasul (utusan)-Nya. Iman kepada kitab-kitab Allah berarti juga mempercayai, meyakini bahwa seluruh kitab Allah yang diturunkan kepada para Nabi dan Rasul-Nya adalah haq (benar) dan tidak ada keraguan didalamnya. Orang yang beriman kepada kitab-kitab Allah tidak akan membeda-bedakan antara kitab Al-Quran dengan kitab sebelumnya karena semua merupakan kitab Allah. Lihat QS. Al-Baqarah ayat 136.
B. Dalil Naqli Iman Kepada Kitab-kitab Allah
Dalil naqli (نَقْلِي) adalah dalil/petunjuk yang berasal dari Al-Quran dan Al-Hadits (As-Sunnah). Berikut ini diantara dalil naqli bukti keberadaan dan perintah beriman kepada kitab-kitab Allah:
QS. Al-Baqarah ayat 2
C. Kitab-kitab Allah yang Diturunkan Kepada Para Rasul
Sebelum menurunkan kitab terakhir yaitu kitab Al-Quran yang diturunkan kepada Nabi Akhir Zaman yakni Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, Allah Subhanahu wa ta'ala telah menurunkan beberapa kitab yaitu Taurat, Zabur, dan Injil.
1. Kitab Taurat
Kitab Taurat diturunkan kepada Nabi Musa 'Alaihis salam. Kitab taurat menggunakan bahasa Ibrani. Diturunkan untuk membimbing kaum Bani Israil.
Dalil naqli tentang kitab Taurat lihat QS. Al-Maidah ayat 44 dan QS. Ali Imran ayat 3.
2. Kitab Zabur
Kata Zabur berasal dari kata zabaro yang berarti tulisan. Zabaro juga bisa berarti sepotong besi. Kitab Zabur diturunkan kepada Nabi Daud dengan bahasa Qibti untuk memberi bimbingan kepada kaum Bani Israil. Kitab Zabur diterima oleh Nabi Daud setelah raja Talut (raja Bani Israil) meninggal dalam peperangan melawan pasukan Jalut. Talut merupakan raja dari kaum Filistin yang zalim.
Kitab Zabur berisi tentang dzikir, pengajaran, dan hikmah serta berisi 5 jenis kidung (mazmur) yang mengungkapkan semua pengalaman yang dialami Nabi Daud semasa hidupnya seperti dosa, pengampunan dosa, suka cita tentang kemenangan atas musuh Allah, dan keagungan Allah.
3. Kitab Injil
Kitab Injil diturunkan oleh Allah kepada Nabi Isa. Injil asli berbahasa Ibrani. Injil diturunkan untuk memberi bimbingan/petunjuk kepada kaum Bani Israil.
Al-Quran membenarkan akan keberadaan Injil. Injil yang dibenarkan adalah Injil yang diwahyukan kepada Nabi Isa putra Maryam. Akan tetapi Injil tersebut tidak pernah ditemui diantara ribuan manuskrip tua warisan-warisan keagamaan umat Kristen. Kitab Injil yang dijadikan pegangan umat Kristen hanya satu versi dan berbahasa Aramea. Dengan demikian kitab injil yang tidak dalam menggunbakan bahasa Aramea maka sudah tidak asli lagi.
5. Kitab Al-Quran
Al-Quran merupakan kitab terakhir yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad, Nabi akhir zaman, penutup para Nabi (khatamun nabiyyin). Al-Quran diturunkan menggunakan bahasa Arab.
Quran menurut bahas berarti bacaan. Menurut istilah Al-Quran artinya kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui perantara malaikat Jibril dan bagi yang membacanya dinilai sebagai ibadah.
Dalil Naqli Allah menurunkan Al-Quran bisa dilihat dalam QS. Al-Baqarah ayat 185
Al-Quran diturunkan untuk memberi bimbingan atau menjadi petunjuk bagi seluruh manusia.
D. Perbedaan Al-Quran dengan Kitab-kitab Allah yang lain
1. Al-Quran
- Diturunkan untuk umat manusia dari zaman ke zaman
- Diketahui sejarahnya, diyakini keberadaannya, dipelajari, diafahami dan dipedomani ajarannya
- Terjaga keasliannya
2. Kitab-kitab sebelumnya
- Hanya untuk kaum pada masanya
- Diketahui sejarahnya dan hanya diyakini keberadannya
- Kitab yang asli sulit dilacak keberadaannya
E. Manfaat Diturunkannya Kitab-kitab Allah
Sebagai penuntun dan pedoman dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam lingkup pribadi, keluarga, lingkungan, dan dalam kehidupan berbangsa serta bernegara.
F. Hikmah Iman Kepada Kitab-kitab Allah
- Yakin terhadap Al-Quran sebagai pedoman hidup menuju kebahagiaan dunia dan akhirat
- Percaya dan yakin akan adanya kitab-kitab terdahulu sebelum al-Quran dan semakin yakin bahwa Al-Quran merupakan kitab yang sempurna
- Bangga sebagai muslim karena kitab al-QUran mudah dipahami oleh seluruh umat manusia
- Memberikan kemantapan dalam menjalankan ajaran agama Islam
G. Perilaku yang Mencerminkan Iman Kepada Kitab-kitab Allah
- Peduli kepada orang lain
- Saling menasehati
Related Posts:
PERKEMBANGAN HINDU DAN BUDHA DI ASIA Oleh Ifa Nurfadhila dan kawan kawan
A. PERKEMBANGAN HINDU DAN BUDHA DI ASIA
Awal pertumbuhan Hindu-Buddha berlangsung di
Jazirah India. Antara Pegunungan Himalaya dan Hindu Kush (Pegunungan
Afghanistan) terdapat Celah Kaibar (Khyber Pass). Celah tersebut adalah tempat
yang dilalui oleh masyarakat India untuk berdagang dengan daerah-daerah lain di
Asia. Melalui celah itu pula, berbagai bangsa asing memasuki wilayah India.
Perkembangan Hindu Sebelum Hindu muncul, di Lembah Sungai Indus telah
berkembang peradaban yang mengagumkan. Hal ini ditandai oleh pendirian
kota-kota yang teratur, seperti Harappa dan Mohenjo-Daro. Penduduk Lembah Indus
berasal dari bangsa Dravida. Mereka telah mengenal tata kota, sistem tulisan
gambar(pictogram), dan kepercayaan.
1. Invasi Bangsa Arya
Kelahiran Hindu berawal dari kedatangan bangsa Arya ke
Jazirah India, bangsa pengembara (nomadik) yang berasal dari Asia Tengah ini
datang secara bergelombang. Bangsa Arya mengambil alih kekuasaan politik,
sosial, dan ekonomi dari penduduk bangsa Dravida. Dalam kebudayaan terjadi
percampuran antara Arya dan Dravida yang menghasilkan Kebudayaan Weda (Vedic
Civilization). Kebudayaan inilah yang menjadi perintis kebudayaan dan agama
Hindu. Kebudayaan dan agama Hindu tumbuh di lembah sepanjang Sungai Gangga, Yamuna,
dan Brahmaputera. Penyebaran bangsa Arya ke India dapat dibedakan menjadi dua
periode, Masa Weda Awal dan Masa Weda Akhir.
2.
Kehidupan Masyarakat
Untuk mempertahankan kekuasaannya, bangsa Arya
berupaya menjaga kemurnian ras. Mereka melarang perkawinan campur dengan bangsa
Dravida. Untuk itu bangsa Arya menerapkan sistem kasta dalam masyarakat.
Masyarakat terbagi menjadi lima kasta, yakni: Brahmana (rohaniwan dan ilmuwan),
Ksatriya (pemerintah, pejabat, dan prajurit), dan Waisya (petani dan pedagang),
Sudra (tukang, pengrajin, dan pelayan), Pariya (atau Panchama, yang berarti
“kaum terbuang”).
3. Kehidupan Keagamaan
Kehidupan
Keagamaan Hindu berpedoman kepada Kitab Weda (Veda, yang berarti
“pengetahuan”). Kitab itu memuat ajaran dan petunjuk kehidupan dalam bentuk
himne ataupun syair yang hanya dibaca oleh para Brahmana. Pada mulanya,
kepercayaan bercorak polytheisme (memuja banyak dewa), namun telah mengakui
tiga dewa sebagai dewa tertinggi. Tiga dewa tersebut disebut Trimurti, yaitu:
Brahma (dewa pencipta), Vishnu atau Wisnu (dewa pemelihara), dan Shiva atau
Syiwa (dewa perusak). Di samping Trimurti, dewa-dewi lainnya antara lain
Saraswati (dewi pengetahuan dan seni), Lakshmi (dewi keberuntungan), dan
Ganesha (dewa pengetahuan dan penolong). Kepercayaan keagamaan masyarakat Hindu
juga ditandai oleh ibadah, ziarah, dan perayaan suci.
B. PERKEMBANGAN BUDDHA
1. Kelahiran Buddha
Saat berusia 29 tahun, Siddharta berkeliling ke
desa-desa di sekitar istana, saat itu ia melihat tanda-tanda penderitaan: usia
tua, penyakit, dan kematian. Pengalaman itu membuatnya memutuskan untuk mencari
jawaban apa sebenarnya hidup ini. Selama enam tahun, ia belajar cara hidup
sebagai rahib, bertapa, berpuasa, dan hidup prihatin. Ia berguru pada sejumlah
rahib ternama, antara lain Alara Kalama dan Uddaka Ramaputta. Suatu hari saat
sedang berapa di tepi Desa Gaya, dekat Bihar, di kawasan Lembah Sungai Gangga,
Siddharta Gautama memperoleh penerangan: menjadi paham tentang makna kehidupan.
Peristiwa ini menandai Siddharta Gautama menjadi Buddha. Tempat Buddha
memperoleh penerangan itu dinamakan Bodh Gaya, dan pohon tempat ia bertapa
dinamakan pohon bodhi.
2. Kehidupan Masyarakat
Masyarakat Buddhis terbentuk setelah Sang Buddha
mengajarkan pengalaman penerangannya kepada sejumlah orang. Khotbah pertamanya
terjadi di taman rusa Isipathana, di Sarnath, Benares. Di tempat itu ia
memperoleh empat muridnya yang pertama. Ada pengikut yang mengikuti cara hidup
Buddha sebagai rahib. Mereka disebut bikkhu (rahib pria) dan bikkhuni (rahib
wanita). Mereka hidup dalam komunitas bernama sangha. Masyarakat Buddhis tidak
mengenal sistem kasta. Baik rahib maupun umat sama-sama disebut putera dan
puteri Buddha. Keduanya saling mendukung dalam mengamalkan ajaran Buddha yang
disebut Dharma.
3. Kehidupan Keagamaan
Kehidupan Keagamaan Buddha berpedoman kepada Kitab
Tripitaka, yang berarti “tiga keranjang” karena ditulis pada daun lontar yang
disimpan dalam keranjang. Keranjang ini bisa diartikan kumpulan, jadi Tripitaka
juga bisa diartikan “Tiga Kumpulan”, yang terdiri dari:
Vinaya Pitaka atau Kumpulan ajaran yang diperuntukkan
bagi upasaka-upasika atau umat vihara.
Sutta/Sutra Pitaka atau Kumpulan Ceramah/Dialog.
Abhidhamma/Abhidharma Pitaka atau Kumpulan Doktrin
Yang Lebih Tinggi, hasil susunan sistematis dan analisis skolastik dari
bahan-bahan yang ditemukan dalam Sutta/Sutra Pitaka.
Kitab itu ditulis dalam bahasa Pali. Ajaran Buddha
terangkum dalam Empat Kebenaran Utama dan Delapan Jalan Kebenaran. Kehidupan
keagamaan masyarakat Buddhis juga ditandai oleh ibadah, ziarah, dan perayaan
suci. Masa Kejayaan Hindu dan Buddha di India Kejayaan Hindu-Buddha mulai
muncul semasa Dinasti Maurya berkuasa di India. Seorang panglima perang bernama
Chandragupta Maurya merebut tahta Magadha pada tahun 322 SM. Peristiwa ini
mengawali berkuasanya Dinasti Maurya. Buddha menjadi agama kerajaan saat Raja
Ashoka berkuasa. Semenjak Ashoka wafat, Dinasti Maurya mengalami kemunduran.
Selama 500 tahun India bergantian dikuasai bangsa Yunani, Kushan, dan Shaka.
India kembali bangkit awal abad ke-4 M, saat Chandra Gupta I mendirikan
kerajaan sekaligus Dinasti Gupta. Kerajaan Gupta mencapai puncak kejayaan
semasa pemerintahan Chandra Gupta II. Sanskerta berkembang sebagai bahasa
sastra, perkembangan terjadi pula pada matematika, sains, dan astronomi. Zaman
kejayaan Gupta sekaligus merupakan masa keemasan Hinduisme.
A. Perkembangan buddha di asia timur
Sejak
abad ke-1 M, ajaran Buddha mulai dikenal di Cina. Dari Cina, ajaran Buddha
mulai dikenal di Korea dan Jepang sekitar abad ke-6 M. Selama hampir 1000
tahun, Buddha menjadi agama besar di kedua wilayah tersebut. Perkembangan
Buddha di Cina Sebelum mengenal ajaran Buddha atau Buddhisme, masyarakat Cina
telah lebih dahulu mengenal Confucianisme dan Taoisme. Confucianisme
diperkenalkan oleh Kung Fu-tzu, sementara Taoisme diperkenalkan Lao Tzu.
Awal
Perkembangan Buddhisme pertama kali diperkenalkan di Cina oleh dua orang rahib
India, sekitar tahun 65 M. Mereka diundang oleh Kaisar Ming, dari Dinasti Han
untuk mendirikan biara di Cina. Saat pengaruh Dinasti Han merosot, Buddhisme
mulai menyebar ke berbagai wilayah Cina. Masyarakat wilayah utara tidak akrab
dengan tradisi Confucianisme dan Taoisme sehingga membuka diri terhadap
pengaruh Buddhisme. Sementara masyarakat wilayah selatan beranggapan nilai-nilai
Buddhisme akan memperkaya tradisi asli Cina.
Masa
Kejayaan dan Kemunduran Perkembangan Buddhisme di Cina bagian utara dan selatan
membentuk dua tradisi yang berbeda. Semasa pemerintahan Dinasti Sui (abad
ke-6-7M), keduanya dipersatukan. Masa kejayaan Buddhisme berlangsung selama
masa pemerintahan Dinasti Tang (abad ke-7 – 10 M). Masa itu ditandai oleh
munculnya berbagai aliran Buddhisme khas Cina. Para pelopor aliran Buddhisme di
Cina antara lain Zhiyi (Chih-i), Jizang (Chi-tsang), Shandao (Shan-tao), dan
Huineng (Hui-ning). Zhiyi mendirikan sekolah Tiantai, sedangkan Jizang
mendirikan sekolah Sanlun. Kemunduran Buddhisme di Cina mulai tampak di akhir
pemerintahan Dinasti Tang. Pemerintah menganggap status otonomi Sangha itu
menggerogoti ekonomi kekaisaran. Banyak biara dihancurkan. Ribuan bhiksu dan
bhiksuni dikejar-kejar dan dibunuh. Lahan biara diambil oleh pemerintah.
Kekacauan ini berlangsung hampir seabad lamanya.
B. Perkembangan buddha di jepang
Ajaran
Buddha masuk ke Jepang pada abad ke-6 M. Seabad kemudian, Buddhisme mulai
diakui keberadaannya sejak masa pemerintahan Pangeran Shotoku Taishi. Pada
mulanya, terjadi persaingan antara Buddhisme dan kepercayaan Shinto. Semasa
Dinasti Nara berkuasa, Buddha dinyatakan sebagai agama negara. Ibukota juga
sebagai pusat agama. Di tempat itu didirikan patung Sang Buddha (Daibutsu)
setinggi 16 meter yang diresmikan oleh Shomo Tenno pada tahun 752. Aliran
Buddhisme Cina yang berkembang di Jepang adalah Tiantai (dalam bahasa Jepang
menjadi Tendai). Rahib Jepang yang mempelopori aliran ini adalah Saicho dah
Kukai. Sejumlah rahib berhasil memadukan tradisi Buddhisme Cina dengan tradisi
dan nilai-nilai Jepang. Hal ini terlihat dengan berkembangnya Buddhisme Zen
yang merupakan perkembangan lanjut Buddhisme Chan dari Cina.
C. PERSEBARAN HINDU-BUDDHA DI ASIA TENGGARA
Peranan Perdagangan
Persebaran
Hindu-Buddha di Asia Tenggara erat kaitannya dengan kegiatan perdagangan antara
India dan Cina ratusan tahun sebelum Masehi. Hubungan dagang antara India dan
Asia Tenggara berlangsung ramai sejak akhir Zaman Perunggu. Bukti paling tua
ditemukan di Ban Don Ta Phet, Thailand, berupa perkakas dan berbagai benda yang
terbuat dari besi, perunggu, dan batu hias. Hubungan dagang itu semakin ramai
setelah diketahui Asia Tenggara banyak menghasilkan barang-barang dagangan
(komoditas) yang berharga, seperti emas, perak, gading, beras, dan
rempah-rempah. Hubungan itu membuka jalan bagi persebaran Hindu-Buddha ke
berbagai wilayah di kawasan Asia Tenggara.
D. PENGARUH HINDU-BUDDHA DALAM KEHIDUPAN
1. Kehidupan Politik
Pengaruh Hindu-Buddha ditandai oleh bermunculannya
kerajaan dengan corak Hindu atau Buddha. Dalam Hindu-Buddha lah dijumpai
gagasan mengenai kerajaan. Kedudukan raja amat sakral (suci). Raja bukan
dipilih melainkan sudah ditentukan oleh dewa. Bahkan, raja dapat ditempatkan
sebagai anak atau penjelmaan dewa. Kedudukan raja dalam Hinduisme diungkapkan
dengan istilah devaraja, yang berarti “dewa yang menjadi raja”. Kedudukan raja
dalam Buddhisme diungkapkan dengan istilah cakravartin, yang berarti “penguasa
alam semesta”.
2. Kerajaan Bercorak
Hindu-Buddha di Asia Tenggara
Beberapa contoh kerajaan bercorak Hindu-Buddha di Asia
Tenggara adalah sebagai berikut: Funan (Kampuchea), periode 100-613M. Champa
(Vietnam), periode 600-900M. Dvaravati (Thailand), periode 600-1000M. Pagan
(Myanmar), periode 1000-1200M.
3. Kehidupan Beragama
Pengaruh Hindu-Buddha ditandai oleh peranan Hindu atau
Buddha sebagai agama utama di berbagai wilayah Asia Tenggara. Dikenalnya
Hindu-Buddha membuat kepercayaan beralih kepada dewa-dewi sebagai penguasa
alam. Pengaruh agama Buddha lebih kuat di wilayah Benua Asia Daratan, sedangkan
pengaruh agama Hindu lebih kuat di Kepulauan Indonesia. Pengaruh Hindu-Buddha
dalam kehidupan beragama menempatkan kedudukan para brahmana ataupun rahib
sebagai kalangan terpandang dalam masyarakat. Kedudukan itu ditentukan
kemampuan mereka di bidang agama dan ilmu pengetahuan.
4. Kehidupan Sosial
Pemberlakuan sistem kasta mengakibatkan hak dan
kewajiban seseorang amat jelas, tergantung dari kastanya. Sistem kasta
menguntungkan posisi kalangan elit (brahmana dan ksatriya), sebaliknya
merugikan posisi kalangan bawah.
Related Posts:
#CIMOL - SAMBAL BOJOT
TEKS PROSEDUR
CARA MEMBUAT CIMOL PEDAS SAMBAL BOJOT
TUGAS KELOMPOK DALAM MEMENUHI KD. 3.14 MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA
Dari siswa, Oleh siswa dan untuk siswa
SMK BISAA
Related Posts:
DAFTAR MAPEL KELAS 10
DAFTAR MAPEL KELAS 10
- Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
- Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
- Bahasa Indonesia
- Matematika
- Sejarah Indonesia
- Bahasa Inggris
- Bahasa Arab
- Seni Budaya
- Bahasa Sunda
- Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
- Simulasi dan Komunikasi Digital
- Ekonomi Bisnis
- Administrasi Umum
- IPA
- Teknologi Perkantoran
- Korespondensi
- Kearsipan
Related Posts:
belajar - cara membuat bubur ketan
SMK BISA
BACA JUGA: SOAL HOT BAHASA INDONESIA KELAS 11
SMK BISA
SMK BISA
DAHSYAT CIMOL NGORA. PENASARAN.....?
TONTON VIDEO DI BAWAH INI 👇👇👇
SMK BISA
BACA JUGA: SOAL HOT BAHASA INDONESIA KELAS 11
SMK BISA
SMK BISA
Baca juga:
cara membuat DORAYAKI COVID-19👇👇👇
BACA JUGA: SOAL HOT BAHASA INDONESIA KELAS 11
KERAJINAN TANGAN / HANDY CRAFT OLEH SISWA KELAS 12 👇👇👇
BACA JUGA: SOAL HOT BAHASA INDONESIA KELAS 11
Related Posts:
Mempertahankan Kejujuran sebagai Cermin Kepribadian
Mempertahankan Kejujuran sebagai Cermin Kepribadian
A. Memahami Makna Kejujuran
1. Pengertian Jujur
Dalam
bahasa Arab, kata jujur
semakna dengan “aś-śidqu” atau “śiddiq” yang berarti benar,
nyata, atau berkata benar. Lawan kata ini adalah dusta, atau dalam bahasa Arab
”al-ka©ibu”.
Secara istilah, jujur atau aś-śidqu bermakna (1) kesesuaian antara
ucapan dan perbuatan; (2) kesesuaian antara
informasi dan kenyataan; (3) ketegasan dan kemantapan hati; dan (4) sesuatu
yang baik yang tidak dicampuri kedustaan.
2. Pembagian Sifat Jujur
Imam al-Gazali membagi
sifat jujur atau benar (śiddiq) sebagai berikut.
a.
Jujur dalam niat atau berkehendak, yaitu tiada dorongan bagi seseorang dalam
segala tindakan dan gerakannya selain dorongan karena Allah Swt.
b.
Jujur dalam perkataan (lisan), yaitu sesuainya berita yang diterima dengan yang
disampaikan. Setiap orang harus dapat memelihara perkataannya. Ia tidak berkata
kecuali dengan jujur. Barangsiapa yang menjaga lidahnya dengan cara selalu
menyampaikan berita yang sesuai dengan fakta yang sebenarnya, ia termasuk jujur
jenis ini. Menepati janji termasuk jujur jenis ini.
c.
Jujur dalam perbuatan/amaliah, yaitu beramal dengan sungguh[1]sungguh
sehingga perbuatan żahirnya
tidak menunjukkan sesuatu yang ada dalam batinnya dan menjadi tabiat bagi
dirinya. Kejujuran merupakan fondasi atas tegaknya suatu nilai-nilai kebenaran,
karena jujur identik dengan kebenaran. Allah Swt. berfirman:
Artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah Swt. dan
ucapkanlah perkataan yang benar.” (Q.S. al-Ahzāb/33:70)
Orang
yang beriman perkataannya harus sesuai dengan perbuatannya karena sangat
berdosa besar bagi orang-orang yang tidak mampu menyesuaikan perkataannya
dengan perbuatan, atau berbeda apa yang di lidah dan apa yang diperbuat.
Allah
Swt. berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan
sesuatu yang tidak kamu kerjakan? (Itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika
kamu mengatakan apa[1]apa
yang tidak kamu kerjakan.” (Q.S. aś-Śaff/61:2-3)
Pesan
moral ayat tersebut tidak lain memerintahkan satunya perkataan dengan
perbuatan.Dosa besar di sisi Allah Swt., mengucapkan sesuatu yang tidak
disertai dengan perbuatannya. Perilaku jujur dapat menghantarkan pelakunya
menuju kesuksesan dunia dan akhirat. Bahkan, sifat jujur adalah sifat yang
wajib dimiliki oleh setiap nabi dan rasul. Artinya, orang[1]orang
yang selalu istiqamah atau konsisten mempertahankan kejujuran, sesungguhnya
ia telah memiliki separuh dari sifat kenabian.
Jujur
adalah sikap yang tulus dalam melaksanakan sesuatu yang diamanatkan, baik
berupa harta maupun tanggung jawab. Orang yang melaksanakan amanat disebut al-Amin,
yakni orang yang terpercaya, jujur, dan setia. Dinamakan demikian karena segala
sesuatu yang diamanatkan kepadanya menjadi aman dan terjamin dari segala bentuk
gangguan,
baik
yang datang dari dirinya sendiri maupun dari orang lain. Sifat jujur
dan
terpercaya merupakan sesuatu yang sangat penting dalam segala aspek kehidupan,
seperti dalam kehidupan rumah tangga, perniagaan,
perusahaan,
dan hidup bermasyarakat.
Di
antara faktor yang menyebabkan Nabi Muhammad saw. berhasil
dalam
membangun masyarakat Islam adalah karena sifat-sifat dan
akhlaknya
yang sangat terpuji. Salah satu sifatnya yang menonjol adalah
kejujurannya
sejak masa kecil sampai akhir hayatnya, sehingga ia mendapat
gelar
al-Amin (orang yang dapat dipercaya atau jujur).
Kejujuran
akan mengantarkan seseorang mendapatkan cinta kasih
dan
keridaan Allah Swt. Kebohongan adalah kejahatan tiada tara, yang
merupakan
faktor terkuat yang mendorong seseorang berbuat kemunkaran
dan
menjerumuskannya ke jurang neraka.
Kejujuran
sebagai sumber keberhasilan, kebahagian, serta
ketenteraman,
harus dimiliki oleh setiap muslim. Bahkan, seorang muslim
wajib
pula menanamkan nilai kejujuran tersebut kepada anak-anaknya
sejak
dini hingga pada akhirnya mereka menjadi generasi yang meraih
sukses
dalam mengarungi kehidupan. Adapun kebohongan adalah muara
dari
segala keburukan dan sumber dari segala kecaman akibat yang
ditimbulkannya
adalah kejelekan, dan hasil akhirnya adalah kekejian.
Akibat
yang ditimbulkan oleh kebohongan adalan namimah (mengadu
domba),
sedangkan namimah dapat melahirkan kebencian. Demikian pula
kebencian
adalah awal dari permusuhan. Dalam permusuhan tidak ada
keamanan
dan kedamaian. Dapat dikatakan bahwa, “orang yang sedikit
kejujurannya
niscaya akan sedikit temannya.”
Contoh
Bukti Kejujuran Nabi Muhammad saw.
Ketika
Nabi Muhammad saw. hendak memulai dakwah secara terbuka
dan terang-terangan,
langkah pertama yang dilakukan, Rasulullah saw.
berdiri di atas bukit,
kemudian memanggil-manggil kaum Quraisy untuk
berkumpul, “Wahai kaum
Quraisy, kemarilah kalian semua. Aku akan
memberikan sebuah berita
kepada kalian semua!”
Mendengar panggilan lantang
dari Rasulullah saw., berduyun-duyunlah
kaum Quraisy berdatangan,
berkumpul untuk mendengarkan berita dari
manusia jujur penuh pujian.
Setelah masyarakat berkumpul dalam jumlah
besar, beliau tersenyum
kemudian bersabda, “Saudara-saudaraku, jika aku
memberi kabar kepadamu,
jika di balik bukit ini ada musuh yang sudah
siaga hendak menyerang
kalian, apakah kalian semua percaya?” Tanpa
ragu semuanya menjawab
mantap, “Percaya!”
Kemudian, Rasulullah
kembali bertanya, “Mengapa kalian langsung
percaya tanpa
membuktikannya terlebih dahulu?” Tanpa ragu-ragu orang
yang hadir di sana kembali
menjawab mantap, “Engkau sekalipun tidak
pernah berbohong, wahai al-Amin.
Engkau adalah manusia yang paling
jujur yang kami kenal.”
Related Posts:
Langganan:
Postingan (Atom)